Jumat, 25 Maret 2011

salah satu metode tes kehamilan


TEST KEHAMILAN DENGAN
METODE ”IMMUNOCHROMATOGRAPHIC ASSAY”

I. TUJUAN
Mengetahui metode "Imunochromatographic assay untuk tes kehamilan.

II.  TINJAUAN PUSTAKA
A.    FISIOLOGI KEHAMILAN
Menurut federasi obstetri dan ginekologi internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu,  atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua adalah 15 minggu (minggu ke 13 hingga ke 27), dan trimester ketiga adalah 13 minggu (minggu ke 28 hingga ke 40).1
Selama siklus ovarium, korpus luteum berdegenerasi dan lapisan dalam  uterus yang  sudah dipersiapkan dan bergantung pada lutein akan terlepas jika tidak terjadi  pembuahan dan implantasi. Jika terjadi fertilisasi, blastokista yang tertanam menyelamatkan dirinya  dan tidak terspau keluar bersama darah haid dengan membuat hCG. Hormon ini, yang secara fungsional serupa dengan LH, merangsang dan mempertahankan korpus luteum agar tidak berdegenerasi.2
Endokrinologi kehamilan melibatkan perubahan endokrin dan metabolik yang terjadi pada batas antara ibu dan janin yang dikenal sebagai unit plasenta-janin. Struktur ini adalah merupakan tempat utama produksi dan sekresi hormon steroid dan protein. Perubahan endokrin dan metabolik yang terjadi selama kehamilan merupakan akibat langsung dari sinyal hormon yang dihasilkan unit plasenta-janin. Permulaan dan perkembangan kehamilan tergantung dari interaksi neuronal dan faktor hormonal. Pengaturan neuro endokrin di dalam plasenta, pada janin dan kompartemen ibu sangat penting dalam mengarahkan pertumbuhan janin dan perkembangannya sebagaimana juga dalam mengkoordinasi awal suatu persalinan.3
Protein-protein yang berhubungan dengan kehamilan dapat ditemukan dalam sirkulasi maternal segera setelah konsepsi. Sebagai contoh, suatu platelet activating (PAF)-like substance, yang dihasilkan oleh ovum yang dibuahi dapat terdeteksi segera. Setelah ovulasi dan fertilisasi, embrio masih berada dalam ampula tuba sampai hari ke tiga. Konsepsi yang sedang berkembang mengarah pada uterus, melalui bagian istmus tuba, selama 10 jam, dan kemudian memasuki uterus sebagai suatu embrio 2-8 sel (5-6). Pada perkembangan selanjutnya, antara 3-6 hari setelah konsepsi, embrio menjadi blastokist mengambang dalam rongga endometrium (6). Skema fase preimplantasi digambarkan pada gambar 2. Sebelum implantasi, blastokist juga mensekresikan substansi spesifik yang meningkatkan penerimaan endometrium. Implantasi yang berhasil memerlukan sinkronisasi yang tepat antara perkembangan blastokist dan pematangan endometrium.3

Gambar 1. Interaksi antara ibu dan janin, dikenal sebagai fetoplasental unit, tempat  utama untuk produksi dan sekresi hormon protein dan steroid.
Hanya sedikit informasi yang baru bisa didapatkan mengenai pengaturan hormon steroid dalam fase nidasi. Embrio awal dan sel kumus oophorus menghasilkan estradiol dan progesteron sebelum implantasi. Pengambilan secara mekanis sel-sel ini menyebakan terhentinya sekresi hormon steroid, sementara pengembalian sel melalui co-culture menghasilkan sekresi steroid seperti semula Berdasarkan penemuan ini, produksi steroid oleh konseptus diduga tidak berarti pada saat mencapai rongga endometrium, yang pada akhirnya sel kumulus akan makin berkurang pada saat melintasi tuba fallopii.3
Pada fase implantasi, messenger RNA hCG dapat dideteksi pada blastomer 6-8 sel embrio; dilain pihak, hal tersebut tidak terdeteksi pada media kultur blastokist sampai hari ke 6. Segera setelah implantasi dimulai, hCG dapat dideteksi pada serum ibu. Akan tetapi karena masih terbatasnya Jadi, selama proses implantasi, embrio aktif menghasilkan hCG, yang dapat dideteksi pada serum ibu pada saat hari ke 8 setelah ovulasi. Peranan utama hCG adalah memperlama aktifitas biosintesis korpus luteum, yang memungkinkan produksi progesteron dan mempertahankan endometrium gestasional. Sebagaimana proses implantasi berlangsung, konseptus berkelanjutan mensekresi hCG dan protein-protein kehamilan yang memungkinkan deteksi produksi steroid aliran darah langsung, sekresi hCG ke dalam sirkulasi ibu masih terbatas. Blastomer akan melapisi blastocyst di bagian luar dan akhirnya akan membentuk plasenta yang dapat diidentifikasi pada hari ke-5 setelah konsepsi.
Pada hari ke-10 pasca konsepsi, 2 lapis sel berbeda dari trofoblast telah terbentuk. Lapisan dalam, sitotrofoblast, terdiri dari sel-sel individual nyata yang cepat membelah. Lapisan luar, sinsitiotrofoblast, adalah lapisan tebal yang terdiri dari gabungan sel yang sulit dibedakan batas-batasnya. Sinsitiotrofoblast membatasi ruang intervilus dengan endometrium ibu. Secara imunohistokimia, sitotrofoblas terwarnai untuk protein hypothalamus : gonadotropin releasing hormon (GnRH), corticotrophin releasing hormon (CRH), dan thyrotropin releasing hormon (TRH). Sambungan sinsitiotrofoblast terwarnai mengandung hormon yang berhubungan dengan hormon-hormon hipofise : seperti human chorionic gonadotropin (hCG; analog dengan pituitary ulteinizing hormon, LH), adrenocorticotropic hormon (ACTH) and human chorionic thyrotropin (hCT). Secara anatomis, susunan ini menunjukkan 2 lapis hubungan parakrin dari aksis hypothalamus-hipofisis.2


B.     PEMANJANGAN FUNGSI KORPUS LUTEUM
Produksi steroi primer korpus luteum adalah progesteron, 17 α progesteron, estradiol and androstenedion. Low-density lipoprotein (LDL) kolesterol adalah prekursor utama yang bertanggung jawab terhadap produksi korpus luteum (19). Antara 6 dan 7 minggu kehamilan, fungsi korpus luteum mulai menurun. Selama fase transisi luteal-plasental ini, produksi progesterone bergeser kearah plasenta. Pengambilan korpus luteum sebelum kehamilan 6 minggu meningkatkan resiko abortus. Jadi , pada tahap awal kehamilan, progesteron merupakan produk steroid yang paling utama karena progesteron sendiri dapat mempertahankan kehamilan . Untuk alasan ini, pada pasien dengan disfungsi korpus luteum atau pada orang yang telah mengalami pengangkatan korpus luetum, suplementasi dengan progesteron dari luar segera dimulai dan dipertahankan sampai 10 minggu kehamilan yang merupakan periode kritis pergeseran luteal –plasenta.
Gambar B. Potongan longitudinal vilus khorionik pada hubungan fetomaternal umur 10 minggu kehamilan.Vilus membentuk jembatan antara kompartemen ibu dan janin..

C.Potongan plasenta manusia. Sinsitiotrofoblas membatasi permukaan fetal rongga intervilus dan berintegrasi kedalam darah ibu untuk mensekresikan hormon plasenta kedalam sirkulasi. Desidua membatasi permukaan maternal terhadap ruang intervilus dan mensekresikan hormon protein.

C.     SEL DESIDUA DAN HORMON DESIDUA
Desidua adalah endometrium dalam kehamilan. Desidua endometrium adalah tempat biosintesis hormon steroid dan protein maternal yang berhubungan langsung dengan kelangsungan dan proteksi kehamilan dari penolakan secara imunologis. Sebagai contoh jaringan desidua mensekresikan kortisol, dan dengan kombinasi dengan hCG dan progesteron yang dihasilkan konseptus, kortisol yang dihasilkan desidua bekerja menekan respon imun maternal membuahkan keadaan imunologis khas yang diperlukan untuk implantasi konseptus.
Adapun hormon yang dihasilkan sel desidua antara lain prolaktin desidua yang mempunyai aktivitas biokimia dan biologis identik dengan prolaktin hipofisis. IGF binding protein-1(IGFBP-1) adalah hormon peptida yang berasal dari sel stroma desidua. Pada wanita yang tidak hamil, circulating IGFBP-1 tidak berubah selama siklus endometrium. Selama kehamilan, terjadi peningkatan beberapa kali lipat kadar IGFBP-1 yang dimulai selama trimester pertama, meningkat pada trimester kedua, dan akhirnya turun sebelum aterm. IGFBP-1 menghambat ikatan insulin-like growth factor (IGF) pada reseptor di desidua. Pregnancy protein-14 adalah hormon glikoprotein yang disintesis oleh endometrium sekretori dan desidua yang terdeteksi sekitar siklus hari ke 24. 3, 2

D.    KOMPARTEMEN PLASENTA
Fungsi plasenta adalah memastikan komunikasi efektif antara ibu dengan janin yang tengah berkembang sementara tetap memelihara keutuhan imun dan genetik dari kedua individu. Pada awalnya plasenta berfungsi secara otonom. Namun pada akhir kehamilan, sistem endokrin janin telah cukup berkembang untuk mempengaruhi fungsi plasenta dan menyediakan prekursor-prekursor hormon untuk plasenta.

E.     HORMON POLIPEPTIDA PLASENTA (HUMAN CHORIONIC GONADOTHROPIN (HCG))
hCG (human chorionic gonadothropin)  disebut sebagai “hormon kehamilan” ini adalah suatu glikoprotein dengan aktivitas biologis yang sangat mirip dengan LH (luteinizing hormon), dan keduanya bekerja bersama-sama melalui reseptor LH/hCG membran plasma. Walaupun diproduksi di plasenta, hCG juga disintesis di ginjal janin dan sejumah jaringan janin menghasilkan subunit-β atau molekul utuh hCG. Berbagai tumor ganas juga menghasikan hCG, kadang-kadang dalam jumlah yang sangat banyak terutama penyakit trofoblast ganas. Pada wanita tidak hamil dan pria, hCG diproduksi dalam jumlah sangat sedikit.
a.       Karakteristik biokimiawi
hCG adalah suatu glikoprotein (BM sekitar 36.700) dengan kandungan karbohidrat tertinggi (30%) dibandingkan dengan hormon manusia lainnya. Komponen karbohidrat terutama asam sialat terminal, melindungi molekulnya dari katabolisme. Waktu paruh plasma hCG utuh (24 jam) jauh lebih lama daripada LH. hCG secara structural berikatan dengan tiga hormon glikoprotein lain (LH, FSH, dan TSH). Sekuens asam amino subunit α dari keempat glikoprotein ini identik; tetapi subunit β FSH dan TSH, serta subunit β hCG dan LH walaupun memiliki banyak kesamaan ditandai oleh sekuens asam amino berbeda.
b.      Biosintesis
Sintesis rantai α dan β hCG diatur secara terpisah, sebuah gen pada kromosom 6 di q 12 dan q 21 mengkode subunit  dari keempat hormon glikoprotein. Kecepatan sintesis subunit β hCG diperkirakan bersifat membatasi dalam pembentukan molekul lengkap.
c.       Sel tempat hormon berasal
Molekul hCG lengkap terutama disintesis di sinsitiotrofoblast. Namun, telah dibuktikan bahwa hCG imunoreaktif terdapat di sitotrofoblast sebelum usia kehamilan 6 minggu. Setelah itu, hCG  hamper seluruhnya terlokalisasi di sinsitium. Distribusi seluler serupa untuk hpl imunoreaktif pernah dilaporkan.
d.      Pengendalian biosintesis subunit hCG
Jumlah mRNA kedua subunit α dan β di sinsitiotrofoblast pada trimester pertama lebih besar daripada saat aterm. Hal ini mungkin penting dipertimbangkan dalam pengukuran hCG plasma sebagai prosedur penapis untuk mengidentifikasi janin abnormal.
e.       Bentuk molekul hCG di plasma dan urinkadar rend
Terdapat beragam bentuk hCG di plasma dan urin ibu. Sebagian dari bentuk ini terjadi akibat penguraian enzimatik, dan sebagian lagi terbentuk akibat modifikasi ketika terjadi sekuens sintesis/pemrosesan molekul hCG normal. Berbagai bentuk hCG ini memiliki bioaktivitas dan imunoreaktivitas yang sangat beragam.
f.       Subunit bebas
Kadar subunit β di plasma sangat rendah atau tidak terdeteksi sepanjang kehamilan manusia, Karena sintesis subunit β bersifat membatasi. Meningkatnya ukuran oligosakarida pada subunit α bebas menghambat dimerisasi  dengan β hCG.
g.       Rantai peptide yang hilang pada molekul hCG
Rantai peptida yang hilang tersebut diperkirakan terbentuk akibat kerja enzimatik pada  molekul, yang terjadi di dekat tempat sintesis subunit β.
h.      Konsentrasi hCG dalam serum dan urin
Konsentrasi hCG dalam urin ibu hampir sejajar dengan konsentrasi di dalam plasma, yaitu sekitar 1UL/ml pada minggu ke-6 setelah hari pertama haid terkahir,  meningkat ke nilai rata-rata sekitar 100 UL/ml pada hari ke-60 sampai 80 setelah haid terakhir. Kadar hCG dalam plasma wanita hamil dapat mencapai 15 mg/ml. dimulai sekitar minggu ke – 10 sampai 12, kadar hCG plasma ibu mulai berkurang. Kadar hCG dalam plasma dipertahankan pada kadar rendah sepanjang sisa masa kehamilan. Pola kemunculan hCG dalam darah janin (sebagai fungsi usia gestasi) serupa dengan yang dijumpai pada ibu, namun seiring dengan perkembangan kehamilan, konsentrasi hCG dalam cairan amnion menurun sehingga menjelang aterm kadarnya hanya seperlima daripada kadar di dalam plasma.4
Tingkat sekresi hCG  meningkat dengan cepat selama kehamilan awal untuk menyelamatkan korpus luteum dari kematian. Sekresi puncak hCG   berlangsung sekitar 60 hari setelah periode haid terakhir.  Pada minggu kesepuluh kehamilan, pengeluaran hCG  menurun sehingga tingkat sekresinya rendah yang kemudian dipertahankan selama kehamilan. Turunnya hCG  terjadi pada saat korpus luteum tidak lagi diperlukan untuk menghasilkan hormon-hormon steroid  karena plasenta sudah mulai mengeluarkan estrogen dan progesterone dalam jumlah bermakna. Korpus luteum kehamilan mengalami regresi parsial seiring dengan turunnya sekresi hCG.5








Pada kehamilan dengan janin lebih dari satu, kadang-kadang dijumpai kadar hCG plasma yang meningkat secara bermakna, demikian juga pada janin eritroblastik tunggal yang terjadi akibat isoimunisasi antigen – D ibu. Kadar hCG dalam plasma dan urin mungkin sangat meningkat pada wanita dengan hamil mola dan sindrom Down.
i.        Pengendalian sintesis hCG
GnRH plasma kemungkinan berperan dalam pengendalian sintesis hCG. Inhibin plasenta juga diperkirakan berperan. In vitro, sejumlah besar senyawa bekerja untuk meningkatkan sekresi hCG oleh trofoblast, misalnya senyawa turunan AMP siklik, hyphothalamic like hormons (GnRH, CRH), beberapa sitokin, dan berbagai faktor pertumbuhan.
j.        hCG merupakan mediator utama untuk implantas embrio/janin/mudigah, yang berfungsi mengenalkan embrio untuk dapat beradaptasi di uterus. hCG juga beperan dalam beberapa hal antara lain: a. meningkatkan sistem kekebalan pada endometrium, b. membantu meregulasi sel T (CD 4, CD 25, foxp3+), c. regulator uNK (unit natural killer), d. membantu menyeimbangkan sistem TH1 dan TH2 , dan peranannya dalam mempertahnkan mediator sistem kekebalan tubuh lainnya seperti; makrofag, T-komplemen, dan lain-lain.6
F.      PEMERIKSAAN STRIP TES UNTUK KEHAMILAN
Uji kehamilan didasarkan pada adanya produksi chorionic gonadotropin (hCG) oleh sel-sel sinsitiotrofoblas pada awal kehamilan. Hormon ini disekresikan ke dalam sirkulasi ibu hamil dan diekskresikan melalui urin. Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dapat dideteksi pada sekitar 26 hari setelah konsepsi dan peningkatan ekskresinya sebanding meningkatnya usia kehamilan diantara 30-60 hari. Produksi puncaknya adalah pada usia kehamilan 60-70 hari dan kemudian menurun secara bertahap dan menetap hingga akhir kehamilan setelah usia kehamilan 100-130 hari. 7
Uji imunologik untuk kehamilan dapat dilakukan dengan beberapa metode, seperti Rapid Latex Slide Test, Tube Test Haemaglutinasi (tipe inhibisi) atau Immunochromatographic assay. Uji-uji tersebut pada dasarnya menggunakan prinsip antigen-antibody yaitu anti-hCG terhadap kadar hCG (human Chorionic Gonadotropin), hormon yang dihasilkan oleh plasenta. Uji yang dilakukan menggunakan serum anti-HCG ini bersifat lebih sensitif, lebih akurat, lebih murah, dan lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan uji kehamilan yang terdahulu, yaitu yang menggunakan hewan hidup seperti uji Ascheim-Zondek dan Friedman.
Penggunaan strip hCG urin tes merupakan suatu metode imunoassay untuk memastikan secara kualitatif adanya human chorionic gonadotropin (hCG)  didalam urin sebagai deteksi dini adanya kehamilan. Human chorionic gonadotropin merupakan sebuah hormon glikopeptida yang dihasilkan oleh plasenta selama kehamilan. Adanya hCG dan peningkatan konsentrasinya secara cepat didalam urin ibu membuatnya sebagai penanda untuk memastikan kehamilan
Sampel yang dapat digunakan dalam tes kehamilan untuk mendeteksi  hCG pada seseorang dapat berupa serum maupun urin. Jika menggunakan serum, tes kehamilan dilakukan tidak lebih cepat dari 5 hari setelah pertama kali terlambat menstruasi, sedangkan jika sampel yang digunakan adalah urin bisaanya dapat diuji saat 3 hari setelah dinyatakan terlambat menstruasi.
                        Selain menentukan seorang wanita hamil atau tidak, penggunaan uji anti-hCG ini juga dapat mendeteksi aborsi yang mengancam atau kematian janin. Kadar hCG juga dapat diukur pada pria untuk penentuan tumor terstikular.
G.    METODE IMUNOKROMATOGRAFI
Metode tes kehamilan yang dilakukan adalah metode imunokromatografi dengan menggunakan sampel berupa air seni (urin). Alat yang digunakan untuk pemeriksaan merupakan alat yang dijual secara bebas dan dapat dipergunakan kapanpun dan oleh siapapun. Keuntungan strip uji kehamilan adalah bisa dilakukan sendiri di rumah, prosedur pengujian yang mudah dilakukan, harga strip yang relatif murah, jenis alat tes bervariasi, akurasi hasil uji yang tinggi (97 – 99%), serta dapat mendeteksi kehamilan lebih dini. 8
            Mekanisme kerja tes kehamilan melalui air seni ini adalah dengan menggunakan prinsip adanya ikatan antibodi antigen. Sebagai antigennya adalah adanya protein hormon beta hCG (hormon yang dihasilkan trofoblas/bagian plasenta) dan sebagai antibodi adalah antibodi yang dihasilkan binatang kuda yang disuntik hormon beta hCG.9
Antibodi yang berupa protein ini dikloning pada bakteri E coli. Kemudian antibodi dalam jumlah tertentu ini, setelah direaksikan dengan zat tertentu yang akan berubah warna bila bereaksi dengan antigen, ditempelkan pada alat pemeriksa. Kadar antibodi yang ada akan menentukan kepekaannya. Karena itu, ada dua macam kepekaan, yaitu 25 mIU dan 50 mIU. Kepekaan ini yang menentukan pada hari ke berapa alat ini sudah peka untuk mendeteksi kehamilan. Sebagai contoh, untuk 25 mIU, dapat mendeteksi kehamilan saat hari pertama mens berikut, sementara 50 mIU perlu sepuluh hari terlambat.8
Aschheim dan Zondek telah menggunakan uji kehamilan dengan penanda hCG sejak tahun 1920. Uji biologis ini menggunakan hewan (katak, tikus, kelinci) yang kemudian disuntik dengan serum atau urin perempuan yang diduga hamil untuk melihat reaksi yang terjadi pada ovarium atau testes hewan percobaan tersebut. Prinsip uji biologik penanda 3 hCG selanjutnya dikembangkan dengan cara mengambil antiserum hCG dari hewan yang telah memproduksi antibodi hasil stimulasi dengan hCG (protein dengan sifat antigenik). Bila urin diteteskan ke antiserum maka terjadi mediasi aktifitas antiserum untuk beraksi dengan partikel lateks yang dilapisi dengan hCG (latex particle agglutination inhibition test) atau sel darah merah yang telah disensitisasi dengan hCG (hemagglutination inhibition test). Pada perempuan yang hamil, hCG di dalam urinnya akan menetralisir antibodi dalam antiserum sehingga tidak terjadi reaksi aglutinasi. Pada perempuan yang tidak hamil, tidak terjadi netralisasi antibodi sehingga terjadi reaksi aglutinasi.6
Alat uji kehamilan untuk dipakai di rumah (home pregnancy test, HPT) yang bisaa dikenal dengan test pack merupakan alat praktis yang cukup akurat untuk mendeteksi kehamilan pada tahap awal. Cara penggunaannya relatif mudah, yaitu mencelupkan ujung alat ke dalam air seni yang ditampung atau menyentuhkan pada aliran air seni ketika buang air kecil. Bisaanya dianjurkan penggunaan air seni pertama setelah bangun pagi, karena konsentrasi hormon hCG yang tinggi pada saat itu. Uji kehamilan yang lebih akurat tentunya adalah tes kuantitatif hormon hCG dalam darah. Bisaanya yang diukur adalah jumlah subunit beta hormon hCG (ß-hCG) . Setiap test-pack mempunyai kadar sensitivitas berbeda, bisaanya pada kisaran 25 mIU/ml hCG. Test-pack mulai dapat digunakan 14 hari setelah waktu konsepsi atau sehari setelah periode haid terlambat. Tetapi dianjurkan tujuh hari setelah berhubungan suami istri.
Tes kehamilan ini juga dapat menjadi hasil yang positif dalan beberapa keadaan seperti:
1.      Hamil kimia
Banyak kasus kehamilan yang tidak diketahui mengalami keguguran yang disangka haid. Meskipun angkanya cukup tinggi, saat di test akan positif sebelum terlambat haid, ternyata saat tiba jadwal haid keluar seperti bisaa jumlahnya dan kehamilan juga keluar bersama haid.


2.      Waktu pemeriksaan
Tes kehamilan dilakukan di luar standar yang ditemukan oleh pembuat test, misalnya terlalu lama. Hal ini akan menyebabkan tes menjadi positif
3.      pengaruh obat dan bahan-bahan kimia
obat –obat tertentu dapat membuat tes ini positif, seperti: pemakaian hCG untuk terapi kesuburan dan diet. Obat diuretik dan obat-obat anti Parkinson juga dapat membuat positif hasil pemeriksaan, bahan kimia atau sabun yang terkontaminasi oada urin juga bisa membuat tes positif. Vitamin C dosis tinggi juga dikatakan bisa mempengaruhi hasil tes.
4.      Adanya tumor dalam tubuh yang menghasilkan hCG seperti tumor jaringan plasenta (trofoblastik), tumor indung telur yang menghasilkan hCG, dll. 9

Pada tes ini hasil juga dapat berupa negatif palsu, penyebabnya antara lain:
a.       Strip telah kadaluarsa
b.      Strip disimpan di tempat yang panas dan lembab
c.       Cara pengunaan yang salah
d.      Kadar HCG yang kurang memadai 10







III.             METODOLOGI
A.    ALAT DAN BAHAN
1. Urin segar
2. Strip test kehamilan
           3. Wadah bersih
B.     CARA KERJA
a.       Urin ditampung dalam wadah yang bersih
b.       Diambil strip test kehamilan, dicek tanggal kadaluarsanya
c.        Strip test dicelupkan ke dalam urin sampai batas garis







d.      Ditunggu sampai urin naik sendiri oleh daya kapilaritas strip sampai terlihat garis berwarna merah kurang lebih 1 menit
e.       e.   Hasil dibaca sesuai dengan petunjuk
f.       Tanda positif jika terdapat 2 garis berwarna merah
g.      Tanda negatif jika hanya ada satu garis berwarna merah



IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. HASIL
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil yaitu :
a.       Tes pada  sampel 1 : hasil positif (+)
b.      Tes pada sampel 2 : hasil negatif (-)

B.     PEMBAHASAN
Strip hCG urin adalah tes menggunakan metode imunoassay kromatografi dimana menggunakan antibodi spesifik untuk secara selektif mengidentifikasi adanya hCG didalam urin dengan derajat sensitivitas  yang tinggi. Peningkatan level hCG sebesar 20 mIU/ml dapat dideteksi hanya dalam 3 menit. 10, 11
Prinsip dari tes ini adalah penambahan urin ke peralatan tes dan membiarkannya berjalan di sepanjang absorban. Penanda antibodi yang menafsirkan warna melekat ke hCG pada daerah tes dan menghasilkan pita berwarna ungu ketika konsentrasi hCG sama dengan atau lebih dari 20 mIU/ml.6,8
pada keadaan tidak adanya hormon hCG, maka tidak akan terbentuk pita di daerah tes. Reaksi pencampuran berlanjut di sepanjang absorban melewati daerah tes dan kontrol. Konjugasi yang tidak berikatan ke reagen pada daerah kontrol menghasilkan pita berwarna ungu, yang menunjukkan bahwa reagen dan peralatan masih berfungsi secara baik.11
Adapun proses yang lebih rinci adalah: urin yang diperiksa akan bergerak dari zona yang satu ke zona yang lain, dimulai dari zona yang terdapat mobile anti hCG1. Anti hcG1 akan ikut terbawa oleh urin ke zona anti hCG2. Disinilah penentuan positif atau negatifnya suatu tes. Jika pada urin terdapat molekul hCG, maka molekul ini yang sebelumnya sudah berikatan dengan anti-hCG1 akan berikatan dengan anti-hCG 2 sehingga akan terbentuk warna atau garis pada strip ataupun kaset pemeriksaan. Jika pada urin tidak terdapat molekul hCG, maka anti-hCG 2 tidak akan terikat. 11,1
Selanjutnya urin bergerak ke zona anti-anti hCG. Pada zona ini, baik urin yang mengandung molekul hCG maupun yang tidak, akan terbentuk warna ataupun garis. Hal ini dikarenakan anti-anti hCG berikatan dengan anti-hCG1 yang ikut terbawa oleh urin. Zona ini disebut kontrol.
Reagen yang bisaanya digunakan pada peralatan tes terdiri dari kombinasi antara antibodi poliklonal kambing atau kelinci dan antibodi monoklonal tikus didalam sebuah buffer protein yang berisi sodium azide. Peralatan ini hanya di gunakan secara in vitro untuk diagnosis, selain itu jangan digunakan setelah tanggal kadaluarsanya lewat. Peralatan tes harus disimpan pada temperatur kamar 4-30 C selama 18 bulan sampai tanggal kedaluarsanya lewat.
Pengumpulan dan penyimpanan urin sebaiknya menggunakan urin pagi hari karena berisi konsentrasi hCG yang paling tinggi sehingga baik untuk pemeriksaan sampel urin. Meskipun demikian, urin sewaktu dapat juga digunakan. Urin spesimen dikumpulkan pada gelas atau penampung plastik yang bersih. Jika spesimen tidak digunakan segera maka harus disimpan pada suhu 2-8 °C dan letakkan pada suhu temperatur sebelum digunakan, tetapi penyimpanan ini tidak boleh lebih dari 48 jam.10
Interpretasi hasil
1.         Negatif: jika hanya ada satu pita (garis) berwarna ungu pada jendela hasil, ini mengindikasikan bahwa spesimen tidak berisi level hCG yang dapat dideteksi dan harus diinterpretasikan sebagai hasil yang negatif
2.         Positif: jika ada dua pita berwarna ungu pada jendela hasil (pada daerah kontrol dan daerah tes), ini mengindikasikan bahwa spesimen berisi hCG dan harus diinterpretasikan sebagai hasil yang positif.
Invalid: jika tidak ada pita ungu pada jendela hasil.





Tes pada sampel pertama menunjukkan hasil positif yang ditandai dengan timbulnya dua garis merah pada strip. Strip yang berfungsi sebagai kontrol akan tetap berwarna merah pada kondisi positif atau negatif, sehingga kontrol menjadi tanda acuan ketepatan hasil tes. Perubahan warna terjadi akibat adanya antibodi yang telah direaksikan dengan zat-zat tertentu bereaksi dengan antigen. Pada sampel kedua yang menunjukkan hasil negatif, hanya pada kontrol saja terjadi perubahan warnanya, Karena tidak terjadi reaksi antigen-antibodi pada sampel urin yang diujikan. Hal ini menunjukkan bila kedua garis di strip tersebut menunjukkan perubahan warna pada kontrol dan tes, maka sampel yang ujikan tersebut mengandung hCG dan wanita akan positif hamil. Sedangkan apabila hanya kontrolnya saja yang berubah warna, maka urin sampel tidak mengandung hCG dan wanita tersebut tidak hamil. Jika pada tes didapatkan kedua garis kontrol dan tes sama-sama tidak mengalami perubahan warna, maka dapat dipastikan bahwa alat tersebut sudah rusak. Begitu pula jika, pda hasil tes, jika dibagian tes hasilnya menunjukkan perubahan warna sedangkan pada kontrol tidak, maka dapat dinyatakan alat tersebut sudah rusak.
Hasil positif pada strip test
Garis kontrol dan test sama-sama berubah warna




















DAFTAR PUSTAKA

1.       George Adriaans. Asuhan Antenatal,  Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi, hal: 1-2, 2008.
2.      Hanifa,W dan Saifuddin,A.B. 2005. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
3.      Anwar, Ruswana. Endokrinologi Kehamilan dan Persalinan, Bandung, Mei 2005, hal: 2-10.
4.      Cunningham, Gary, et. All. Williams Obstetrics, 23ed, Mc-Graw Hill, inc. Health Profession Division, Toronto, International edition, 2010, 117-120.
5.      Marie Tsampalas, Virginie Gridelet, Sarah Berndt, Jean-Michel Foidart, Vincent Geenen, Sophie Perrier d’Hauteriv. Human Chorionic Gonadotropin: A Hormon With Immunological and Angiogenic Properties, November 2009,  no: 6, 3-6.
6.      G. K. Sabine Lijesen, Iris Theeuwen, Willem J. J. Assendelft & Gerrit Van Der Wal. The Effect Of Human Chorionic Gonadotropin (Hcg) In The Treatment Of Obesity By Means Of The Simeons Therapy: A Criteria-Based Meta-Analysis, 1995; 40: 237-243.
7.      Cole L. A. Immunoassay of human chorionic gonadotropin, its free subunits, and metabolites. Clinical Chemical, 1997;43(12):22, 33-43.
8.      A. Jagannadha Rao,  S. G. Kotagi,  and N. R. Moudgal. Effect Of Human Chorionic Gonadotropin On Serum Levels Of Progesterone And Estrogens In The Pregnant Bonnet Monkev (Macaca Radiata), March 1981; Vol. 3: No: 1, 83-88.
9.      Kusmarjadi, D., (2008), Tes Hamil Positif Palsu, http//www.teshamil.com/tes-hami-positif-palsu/html.dikujungi 29 November 2010.
10.  Yanti, (2005), Hormon HCG dan Uji Kehamilan, http//www.celoteh.com/hormonhcgdanujikehamilan.htm. dikunjungi 29 November 2010.
11.  Eliss, (2007), Mekanisme Tes Kehamilan, http//www.humanmedicinework .com/teshamil.htm. dikunjungi 29 November 2010 .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar